Mencermati Tema Debat Cawapres 2019

Sonny Harry B Harmadi
Ketua Umum Koalisi Kependudukan Indonesia
Tulisan ini dimuat dalam Opini Kompas pada 16 Maret 2019.

Debat calon wakil presiden, Minggu (17/3/2019), mengusung tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan budaya. Tema debat yang menarik untuk mendengarkan strategi kedua kandidat yang bersifat jangka menengah dan panjang, mengingat hasil pembangunan kelima sektor tersebut tidaklah diperoleh secara instan.

Pembangunan kelima sektor itu menjadi ujung tombak penggerak kemajuan bangsa. Agar kemajuan dapat diraih lebih cepat, kita harus menempatkan pembangunan manusia dan kebudayaan sebagai pilar utama pembangunan nasional.

Capaian pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan

Kemajuan pembangunan pendidikan dan kesehatan dapat dipantau dengan menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS). Manusia Indonesia saat ini dapat hidup lebih lama, anak-anak kita bersekolah lebih tinggi, dan daya beli masyarakat terus meningkat.

Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia telah menempatkan kita pada status high human development sejak 2016, dengan peningkatan dari 68,90 pada tahun 2014 menjadi 70,81 pada 2017. Dalam waktu kurang dari lima tahun, 26 dari 34 provinsi di Indonesia sudah dan akan mencapai status high human development. Papua sebagai satu-satunya provinsi yang saat ini masih berstatus low human development juga akan segera naik kelas. Melihat tren yang ada, Papua dalam dua tahun mendatang dapat mencapai status medium human development.

Harapan lama sekolah penduduk usia 7 hingga 24 tahun telah mencapai angka 12,85 tahun. Penduduk muda Indonesia memiliki harapan menempuh pendidikan hingga ke bangku kuliah. Jauh lebih baik ketimbang rata-rata lama sekolah penduduk usia dewasa yang hanya 8,10 tahun (setara kelas VIII SMP).

Meskipun semua provinsi mengalami kenaikan tingkat pendidikan penduduk secara signifikan, kesenjangan pendidikan antarprovinsi masih menjadi tantangan. Pembangunan infrastruktur fisik di daerah tertinggal diharapkan dapat memperbaiki akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan lebih baik.

Selain itu, kualitas pendidikan belum merata sehingga pembangunan pendidikan ke depan bukan hanya kuantitas pendidikan, melainkan juga kualitas pendidikan. Kualitas pengajaran oleh guru terus kita tingkatkan baik dari sisi pengetahuan, keterampilan, maupun kesejahteraannya. Kita pastikan mutu pendidikan melalui peningkatan kapasitas dan uji sertifikasi guru.

Keberhasilan pembangunan kesehatan setidaknya ditentukan oleh tiga hal, yaitu perilaku hidup masyarakat, kepemilikan jaminan kesehatan nasional,

serta akses terhadap fasilitas kesehatan dan obat. Usia harapan hidup yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat terus meningkat.

Bandingkan saja, pada 1980 angka harapan hidup baru mencapai 52 tahun, sedangkan pada 2017 sudah mencapai hampir 71 tahun. Angka kematian bayi turun dari 32 (2012) menjadi 24 (2017) per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian anak usia di bawah lima tahun (balita) juga terus turun: dari 40 (2012) menjadi 32 (2014) per 1.000 kelahiran hidup. Di tengah berbagai penolakan terhadap imunisasi, cakupan imunisasi anak balita membaik, dari 86,5 persen (2015) menjadi 91,1 persen (2017).

Derajat kesehatan ibu memengaruhi angka kematian ibu. Kita tidak ingin seorang ibu justru kehilangan nyawanya saat menghadirkan sebuah kehidupan baru. Persentase kelahiran di fasilitas kesehatan meningkat dari 63,2 persen (2012) menjadi 83,67 persen (2017) dan perlu terus ditingkatkan. Saat ini, 90,9 persen penolong persalinan adalah tenaga kesehatan. Masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan tradisional yang berisiko tinggi di masa lalu. Pelayanan kesehatan ibu ditujukan untuk menjamin agar ibu mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.

Keberhasilan pembangunan kesehatan ditopang kepesertaan jaminan kesehatan nasional. Di tengah tantangan meningkatnya defisit, kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan hingga 2018 mencapai 196 juta orang. Perbaikan mutu pelayanan kesehatan juga tecermin dari persentase obat dan makanan yang memenuhi syarat layak konsumsi.

Tantangan pembangunan kesehatan terkait dengan pola hidup yang berdampak pada meningkatnya prevalensi penduduk penderita penyakit tidak menular, seperti jantung, kanker, hipertensi, dan diabetes melitus. Meskipun akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan membaik, upaya pencegahan (preventif) tetap lebih baik dibandingkan dengan mengobati.

Untuk isu ketenagakerjaan, data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS, Agustus 2018, menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai lebih dari 131 juta jiwa. Tantangannya, masih ada 5,34 persen (7 juta jiwa) berstatus pengangguran terbuka di Indonesia. Sementara penduduk yang bekerja sebagian besar (hampir 30 persen) mengandalkan sektor pertanian. Ada 14,7 persen pekerja berada di sektor industri manufaktur.

Sektor ketenagakerjaan kita dihadapkan pada tantangan masih rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja dan tingginya angka pengangguran pada pekerja berpendidikan SMA/SMK. Sekitar 57 persen angkatan kerja berpendidikan maksimal SMP, didominasi usia di atas 35 tahun.

Manfaatkan bonus demografi

Indonesia sedang berada dalam periode bonus demografi hingga tahun 2038. Bukan 10 atau 20 tahun lagi. Penduduk usia produktif mencapai 183,36 juta jiwa (2019).

Hasil proyeksi penduduk terbaru memperlihatkan bahwa puncak bonus demografi (the window of opportunity) berlangsung selama periode 2020-2024. Periode yang sama dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemenang pilpres mendatang akan menyusun dan menjalankan RPJMN di periode terbaik bonus demografi Indonesia. Selama periode 2020-2024, rasio ketergantungan mencapai angka 45. Setiap 100 penduduk usia produktif akan menanggung 45 penduduk usia nonproduktif.

Percepatan kemajuan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan budaya selama periode 2020-2024 dapat mentransformasi bonus demografi menjadi bonus ekonomi. Kesejahteraan masyarakat meningkat, daya saing bangsa semakin tinggi.

Ada tiga prasyarat untuk mentransformasi bonus demografi menjadi bonus ekonomi. Pertama, penduduk usia produktif dapat bekerja secara layak, berpendapatan memadai. Kedua, perempuan dapat masuk ke pasar kerja tanpa diskriminasi. Meningkatnya kualitas perempuan dapat diwujudkan dalam kegiatan produktif. Ketiga, meningkatnya tabungan masyarakat menunjukkan perbaikan akses dan kemampuan menabung. Tabungan adalah sumber pembiayaan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Seluruh capaian pembangunan manusia tidak diperoleh secara instan. Dibutuhkan strategi yang tepat dan berkelanjutan. Oleh karena itu, para calon pemimpin bangsa perlu berstandar pada data dan fakta dalam merumuskan strategi kebijakannya. Semoga debat cawapres besok berjalan baik, untuk Indonesia yang berkemajuan.

Preview Image